Makalah Manusia dan Harapan
Nama : Muhammad Fitra
Eransyah
Kelas : 1TA02
NPM :13315928
Jurusan : Teknik Sipil
Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat -Nya tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu tim penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada
dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan.
Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia
itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan,
biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan
juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia harus
berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT.
Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan.
Harapan dan kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia selama di dunia
karena setiap manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.
B. RUMUSAN PEMBAHASAN
1.
Apakah pengertian dari Manusia itu ?
2.
Apakah pengertian dari Harapan itu ?
3.
Apa hubungan antara manusia dan
harapan ?
4.
Apa sebab manusia memiliki harapan ?
5.
Apa hubungan antara harapan dan
kepercayaan ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembahasan
materi ini adalah untuk menjelaskan pengertian dari manusia, menjelaskan
pengertian harapan, menjelaskan hubungan antara manusia dan harapan,
menjelaskan penyebab memiliki harapan, dan menjelaskan hubungan antara harapan
dan kepercayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANUSIA
Manusia
adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan
yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang
rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu,
dan sebagainya.
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi,
manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B. PENGERTIAN HARAPAN
Harapan
berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang
belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang
terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah
SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau
keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat
dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang
lain dan kepercayaan kepada Allah SWT.
Harapan
atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang.
Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan
terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang
mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Setiap
orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik
dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma
agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor
lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat,
kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat
berakibat buruk pada diri sendiri.
Beberapa
pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang
merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal
pikiran negatif atau berpikir pesimis.
C. MANUSIA DAN HARAPAN
Harapan
dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan
supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan
diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar
dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut
macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan).
Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan
tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan
terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda
rasional tidak akan terjadi.
Harapan itu
ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya.
Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas,
harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka
harapannya juga akan sempit.
Harapan itu
bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan
pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai
berikut :
1.
Harapan apa yang baik
2.
Bagaimana cara mencapai harapan itu
3.
Bagaiman bila harapan tidak tercapai
Jika
manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat
juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara
dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada
hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya
menjadi kenyataan dan terwujud.
D. SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN
Menurut kodratnya
manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau
anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang
dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal
yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan
kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.
Dorongan Kodrat
Kodrat
ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis,
bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan.
Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat
menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam
diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan
untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia
lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
1.
Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah
menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup.
Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan
rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan,
keberhasilan, hiburan dan ketenangan.
Untuk
memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan
fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya
harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan
kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima
harapan manusia, yaitu :
1.
Harapan untuk memperoleh kelangsungan
hidup (survival)
2.
Harapan untuk memperoleh keamanan
(safety)
3.
Harapan untuk memiliki hak dan
kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)
4.
Harapan untuk memperoleh status atau
diterima atau diakui lingkungan (status)
5.
Harapan untuk memperoleh perwujudan
dan cita-cita (self-actualization)
E. HARAPAN DAN KEPERCAYAAN
Kepercayaan
berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap sebagai
wahyu dari Allah SWT. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling
besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati
kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Harapan dan
kepercayaan saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau mewujudkan harapan,
manusia harus berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan berdo’a sungguh-sungguh
kepada Allah SWT serta mempercayai adanya Allah SWT, harapan akan
terwujud dan terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya
manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap
manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan atau asa
adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang.
Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan
terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang
mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Harapan seseorang
juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang
bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk memperoleh harapan
yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam,
yaitu berdo’a.
B. SARAN
Dalam
setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh
menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu
lah yang membuat hidup kita menjadi berarti di dunia ini, yang terus memberikan
dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap
pekerjaan.
Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Allah SWT,
yaitu dengan berusaha dan berdo’a yang seimbang. Dan diharapkan kita dapat
mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma
masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk
mempersiapkan mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga
tidak membuat kita putus asa untuk selalu terus mecoba.
DAFTAR PUSTAKA :
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta : Universitas Gunadarma
Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar,
Depdikbud U.T. 1984-1985.